Sabtu, 24 Desember 2011

WAHABI “ SESAT “


Berpikir sebelum membaca dan pahami setelahnya agar kita tahu siapa itu wahabi??

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
قال الله تعالى:﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾
﴿يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا الله الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾
﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴾
أما بعد,

Sesungguhnya diantara musibah terbesar yang menimpa umat Islam adalah timbulnya perpecahan di antara mereka. Perpecahan seperti ini akan melemahkan kekuatan umat Islam, menyenangkan hati musuh-musuh Islam dan membuat peluang bagi mereka untuk mencabik-cabik persatuan umat Islam yang dengannya mereka dapat menjalankan misi mereka untuk memerangi umat Islam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang sangat menginginkan kebaikan kepada umatnya telah memperingatkan umatnya akan hal ini agar mereka menjauhinya sebagaimana

beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang diriwayatkan oleh ‘Irbath bin Sariyah :

صَلَّى بِنَا رَسُولُ الله r ذَاتَ يَوْمٍ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ الله كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا فَقَالَ «أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى الله وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ»

“Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam shalat bersama kami kemudian beliau menghadap kami dan memberikan nasehat yang sangat bagus, berlinang dengannya air mata kami dan bergetar hati-hati kami. Maka seseorang berkata: "Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan, maka apa yang Anda wasiatkan buat kami?" Maka beliau mengatakan: "Aku mewasiatkan kepada kalian dengan ketakwaan dan tunduk serta patuh walaupun yang memimpin kalian adalah seorang hamba. Maka barangsiapa yang berumur panjang di antara kalian, niscaya dia akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Maka atas kalian sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin setelahku. Pegangilah dengannya dan gigitlah dengan gigi geraham. Hati-hatilah kalian dari perkara yang baru di dalam agama, karena setiap yang diada-adakan di dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” HR. Abu Dawud (4607) dan dihasankan oleh Syeikh Muqbil dalam As-Shahih Al-Musnad (2/21

Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menerangkan tentang akan terjadinya perpecahan di antara umat ini. Setelah menjelaskan hal ini, beliau tidak meninggalkan umatnya begitu saja, akan tetapi menerangkan kepada mereka jalan keluarnya. Barangsiapa mengambilnya, maka sungguh dia telah selamat dunia dan akhirat. Sebaliknya barangsiapa yang mengabaikannya, maka sungguh dia telah celaka dunia dan akhirat. Jalan keluar itu adalah berpegang teguh dengan Al-Qur’an serta As-Sunnah yang shohih dengan pemahaman Salaf.

Al-‘Alim Al-Imam Robi’ bin Hadi –hafidzohulloh- berkata: ”Orang-orang kafir, Nashara dan Yahudi menginginkan kaum muslimin murtad dari agama mereka dan pada ahlul bid’ah bagian yang besar dari niat yang jelek ini. Begitu pula niat yang jelek bagi ahlul khoir. Maka dari sini, wajib bagi kita untuk sangat berhati-hati dari mereka."(Al-Mauqifus Shohih min Ahlil Bida’)

Semua ini menunjukkan bahwa seluruh dakwah ahlul batil tidaklah dibangun di atas ilmu Kitab dan Sunnah begitu pula tidak di atas keikhlasan kepada Alloh sebagaimana yang Alloh perintahkan. Alloh -subhanahu wa ta'ala - berfirman:

﴿قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى الله عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ الله وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴾

”Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata. Maha suci Alloh, aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." [QS. Yusuf: 108]

Oleh karena itu, ketika Ahlus Sunnah wal Jama’ah bangkit menyeru manusia agar kembali kepada ajaran Islam yang murni serta memperingatkan mereka dari golongan-gologan yang sesat baik dari kalangan orang-orang kafir ataupun ahlu bida’, mereka (golongan-golongan yang sesat) –ketika tidak memiliki hujjah untuk menghadapi Ahlus Sunnah wal Jama'ah– mulai membuat makar terhadap Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Salah satu bentuk makarnya adalahnya menjuluki Ahlus Sunnah wal Jama'ah dengan julukan-julukan yang tidak benar. Bahkan di antara mereka tidak segan-segan menghalalkan darah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dituduh oleh kaum musyrikin pada jaman beliau sebagai tukang sihir, orang gila, orang yang celaka dan lain-lain. Bahkan mereka berencana untuk membunuh beliau. Akan tetapi Alloh Robb semesta alam senantiasa menjaga beliau hingga meninggalkan dunia ini

Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ الله وَالله خَيْرُ الْمَاكِرِينَ﴾

"Ingatlah, ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap, membunuh atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Alloh menggagalkan tipu daya itu. Alloh Sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS. Al-Anfal: 30)

Begitu pula orang-orang yang mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga akan diuji. Oleh karena itu, wajib bagi setiap Ahlus Sunnah wal Jama'ah untuk tetap kokoh dalam berjalan di atas jalannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hingga akhir jaman.

Upaya musuh-musuh Tauhid dan Sunnah dalam memerangi Ahlus Sunnah wal Jama'ah dengan menjuluki mereka dengan julukan-julukan yang tidak sesuai dengan kenyataan, baik pada jaman dahulu atapun sekarang. Diantara julukan-julukan yang mereka lemparkan terhadap Ahlus Sunnah wal Jama'ah pada akhir-akhir ini adalah apa yang kita dengar dengan sebutan Wahhabiyah. Bahkan siapa saja yang mereka lihat mulai berpegang teguh dengan Sunnah, mereka juluki sebagai Wahhabiy, nisbah kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Al-Najdiy. Hal itu dikarenakan, mereka menuduh bahwa dakwah beliau adalah dakwah garis keras, menghalalkan darah kaum muslimin dan lain-lain. Bahkan beliau dituduh semasa hayatnya sebagai penerus dakwah kelompok Wahhabiyah (salah satu kelompok Khawarij yang muncul di Maghrib pada tahun 171 H). Oleh karena itu, setiap yang datang setelah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab kemudian mendakwahkan kepada tauhid dan Sunnah serta membasmi kesyirikan, kebida’han, khurafat dan kemungkaran-kemungkaran yang lain, mereka menuduhnya sebagai pengekor beliau.

Alloh Ta'ala berfirman:

﴿مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا﴾

"Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengatakan (sesuatu), kecuali kedustaan." (QS. Al-Kahfi: 5)

Semua ini mereka lakukan dalam rangka menjauhkan manusia dari berpegang teguh dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Wala haula wala quwwata illa billah.

Melihat kenyataan yang ada, maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah bangkit menjelaskan kepada manusia tentang makar musuh-musuh Tauhid dan Sunnah ini, baik secara lisan maupun tulisan. Sehingga Alloh ta'ala membuka hati-hati manusia terutama umat Islam kepada kebenaran.

Alloh ta'ala berfirman:

﴿إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ﴾

"Sesungguhnya orang-orang yang menentang Alloh dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina." (QS. Al-Mujadalah: 20)

Orang-orang biasa menuduh “wahabi ” kepada setiap orang yang melanggar tradisi, kepercayaan dan bid’ah mereka, sekalipun kepercayaan-kepercayaan mereka itu rusak, bertentangan dengan Al-Qur’anul Karim dan hadits-hadits shahih. Mereka menentang dakwah kepada tauhid dan enggan berdo’a (memohon) hanya kepada Allah semata.

Sebagian orang menuduh salafi orang-orang wahabi. Ini termasuk tanaabuzun bil alqaab (memanggil dengan panggilan-panggilan yang buruk). Allah melarang kita dari hal itu dengan firmanNya,
“Artinya : Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” [Al-Hujurat: 11]
Dahulu, musuh Islam menuduh Imam Syafi’i dengan rafidhah. Beliau lalu membantah mereka dengan mengatakan, “Jika rafidah (berarti) mencintai keluarga Muhammad. Maka hendaknya jin dan manusia menyaksikan bahwa sesungguhnya aku adalah rafidhah.”
Maka, kita juga membantah orang-orang yang menuduh salafi itu wahabi,
seorang penyair berkata, “Jika pengikut Ahmad adalah wahabi. Maka aku berikrar bahwa sesungguhnya aku wahabi.”
Musuh-musuh Tauhid dan Sunnah memberi gelar wahabi kepada setiap muwahhid (yang mengesakan Allah), nisbat kepada Muhammad bin Abdul Wahab, Jika mereka jujur, mestinya mereka mengatakan Muhammadi nisbat kepada namanya yaitu Muhammad. Betapapun begitu, ternyata Allah menghendaki nama wahabi sebagai nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu salah satu dari nama-nama Allah yang paling baik (Asmaa’ul Husnaa).
Jika shufi menisbatkan namanya kepada jama’ah yang memakai shuf (kain wol) maka sesungguhnya wahabi menisbatkan diri mereka dengan Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu Allah yang memberikan tauhid dan meneguhkannya untuk berdakwah kepada tauhid.
SIAPA MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB
Beliau dilahirkan di kota ‘Uyainah, Nejed pada tahun 1115 H. Hafal Al-Qur’an sebelum berusia sepuluh tahun. Belajar kepada ayahandanya tentang fiqih Hambali, belajar hadits dan tafsir kepada para syaikh dari berbagai negeri, terutama di kota Madinah. Beliau memahami tauhid dari Al-Kitab dan As-Sunnah. Perasaan beliau tersentak setelah menyaksikan apa yang terjadi di negerinya Nejed dengan negeri-negeri lainnya yang beliau kunjungi berupa kesyirikan, khurafat dan bid’ah. Demikian juga soal menyucikan dan mengkultuskan kubur, suatu hal yang bertentangan dengan ajaran Islam yang benar.
Ia mendengar banyak wanita di negerinya bertawassul dengan pohon kurma yang besar. Mereka berkata, “Wahai pohon kurma yang paling agung dan besar, aku menginginkan suami sebelum setahun ini.”
Di Hejaz, ia melihat pengkultusan kuburan para sahabat, keluarga Nabi (ahlul bait), serta kuburan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, hal yang sesungguhnya tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah semata.
Di Madinah, ia mendengar permohonan tolong (istighaatsah) kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, serta berdo’a (memohon) kepada selain Allah, hal yang sungguh bertentangan dengan Al-Qur’an dan sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Al-Qur’an menegaskan:
“Artinya : Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” [Yunus : 106]

Ya Rahman ampunilah dosa kami dan berilah hidayah dan petunjuk kepada Umat Islam..amiin

Note: diambil dari beberapa sumber dgn sedikit edit dan ringkasan